24 March 2010 |
0
komentar
I DON'T MIND!
Aku sangat tidak mempermasalahkan apakah aku seorang psikolog, konselor, rakyat jelata, atau mahasiswa dalam menghadapi kasus ini,
Ok! katakan saja! semua postingan ini ditulis dengan otak SUBJEKTIF!
dan percaya saja bahwa pendapat ini hanya ada 1 di antara 100 konselor, percaya saja!
Aku akan mengangkat sebuah KASUS hari ini, kasus yang ditemukan my twins-angel "utin" di sebuah buku konseling...Many Many Thanks For her....karena bila dia tidak merekomendasikan aku buku itu, maka selamanya, aku merasa tidak akan pernah bisa menjadi KONSELOR! walaupun sekali lagi....I really Don't Mind with it!
Lagi dan lagi kasus "HOMOSEKSUAL : GAY!"
Ok! katakan saja padaku bahwa aku adalah orang yang berada di luar kurva normal seorang psikolog yang harus berpenampilan dan bertata krama sangat sangat normatif, seperti psikolog hari ini yang berbicara di seminar, sampai-sampai si narasumber yang mantan anak lapas lebih nyaman berada dekat dengan ahli hukum dibanding psikolognya *laugh*
Katakan saja padaku, kalo Aku sakit! gila! aneh! tidak waras! bar-bar! tidak religius! melanggar hukum Tuhan! katakan saja, jangan sok manis di hadapanku tapi di belakang menyinggungku di hadapan orang banyak *laugh*
JANGAN BACA POSTING INI BILA OTAKMU SUDAH TERJERAT DENGAN SATU HUKUM KONVENSIONAL~
Kasusnya adalah....seorang anak 13 tahun yang telah menjalin hubungan 'cinta' dengan temannya laki-laki, dan pada suatu hari saat ia dewasa, dia mulai menyadari apa yang dilakukannya tidak biasa dengan apa yang dilakukan orang lain. Dia mendatangi seorang konselor, dia berkata, dia merasa nyaman melakukan SEKS dengan pasangannya tetapi kemudian dia merasakan perasaan tidak nyaman dengan apa yang telah dilakukannya. Akhirnya~ setelah konseling mereka berdua 'putus' dan perasaan mereka semakin begitu tidak nyaman.....
APA TUJUAN KONSELING?
Bagiku dan bukan bagi teori mungkin, Konseling itu untuk meningkatkan 'self-awarness' klien dan empowering, sehingga ia dapat mencapai 'SUBJECTIVE WELL-BEING' nya!
Apakah Konselor di atas yang menyuruh kedua orang itu 'putus' telah mencapai tujuan konseling berdasarkan definisiku?
TIDAK!
Ok, aku mengakui Psikolog itu juga manusia biasa...mereka seperti aku, dan anda, dan kita semua, yang berbeda hanyalah mereka pernah kuliah di psikologi *laugh*
Listen My Opinion??? Apa yang membedakan psikologi dengan ilmu sosial lainnya?
My Answer is, Bila ilmu sosial itu membahas dan menganggap yang benar / normal itu adalah orang-orang yang berada di Kurva Normal, maka psikologi itu adalah ilmu yang penuh belas kasih, mengakui individual difference orang-orang yang ada di luar kurva normal atau berada di posisi ekstrim, psikologi mencoba menggali dan memahami orang-orang ini, karena TIDAK ADA JIWA YANG SAMA PADA SETIAP MANUSIA!
Itu adalah awal dari konstruk pemikiranku mengenai keputusan yang aku akan ambil saat menghadapi kasus di atas....
BAGAIMANA BILA SEPASANG HOMOSEKSUAL DATANG PADA SEORANG KONSELOT DAN ITU ADALAH AKU?
They'll be CRAZY *kidding*
Ok, Yang harus aku tahu pertama kali, apa alasan mereka datang kepadaku?
Aku kategorikan ke dalam dua hal :
- terjadi permasalahan dalam hubungan antar mereka
- terjadi permasalahan dalam hubungan mereka dan lingkungan sosial.
Kembali ke kasus di atas, tidak mudah mengambil keputusan....tapi caraku mengambil keputusan adalah,
kasus 1
Bila salah satu pasangan mulai merasa aneh dan tidak nyaman dengan hubungan homoseksual mereka, maka itulah saatnya keputusan harus di ambil. aku akan mengambil keputusan untuk melakukan terapi penyembuhan terhadap orang ini.
- Apabila salah satu pasangan mencari pasangannya hanya untuk melakukan hubungan seks karena tidak percaya diri untuk melakukan hubungan seks dengan lawan jenis, dan setelah melakukannya mereka merasa bersalah.
- Apabila klien menyukai homoseksual setelah kejadian traumatis dalam hidupnya setelah melewati masa kecilnya (misalnya masa remaja).
- Apabila klien menjadi homoseksual karena pengaruh pasangan lainnya yang pure gay or pure lesbian.
- Apabila klien menjadi homoseksual karena 'trend'.
Tapi aku akan melakukan pendampingan dan memberikan konseling agar bagaimana cara problem solving dan adaptasi dengan lingkungan, tanpa memberikan terapi penyembuhan :
- Apabila keluhan klien adalah labelling dari masyarakat.
- Apabila terjadi permasalahan internal karena pengambilan peran.
- Apabila klien menganggap pasangannya bukan hanya sebagai objek seks tapi ada attachment di dalam hubungan itu.
Hal ini dapat dilihat dari sebuah kasus....
Ada seorang anak SMP yang baru pulang sekolah dan melihat kakaknya uring-uringan di atas tempat tidurnya. Saat melihat adiknya pulang, tanpa berkata apa-apa, si kaka langsung menarik sang adik dan memaksakan melakukan hubungan seksual dengannya. Sang adik tidak tahu apa-apa dan hanya mengikuti kata-kata kakak kesayangannya. Tapi tiba-tiba Ibunya datang dan melihat kejadian itu, Ibu itu Shock (jantungnya kumat) dan meninggal. Sang adik (anak SMP) merasa bahwa kematian Ibunya adalah akibat dirinya. Sang adik memendam rasa bersalahnya sendirian dan marah kepada kakakknya hingga tidak pernah mau lagi melihat wajah kakanya dan ia menjadi fobia dengan sentuhan siapapun baik laki-laki maupun perempuan. Sampai suatu ketika si adik menerima kabar bahwa sang kaka masuk rumah sakit jiwa. Sang adik begitu sedih karena itu adalah kaka satu-satunya dan ia sangat sayang, tapi rasa marah dan bersalah atas kematian ibunya masih membayangi hidupnya. Hingga suatu hari lagi, si adik menerima kabar bahwa kakanya bunuh diri di RSJ itu.....KAU PASTI MAKIN BISA MERASAKAN APA YANG SI ADIK RASAKAN? Bahwa dia telah membunuh dua orang berharga dalam hidupnya.
Anak laki-laki ini bersekolah di asrama pria, dan ia menemukan sosok yang membuatnya nyaman, tidak merasa bersalah dan Pria ini menghilangkan FOBIA-nya.....Great! tak detik pun terlintas di pikirannya tentang aktivitas seksual, yang ada ia hanya ingin berada dekat dengan pria ini, sampai suatu hari memang si pria ini meminta untuk 'itu'. dan hidup keduanya berjalan lancar tanpa hambatan dan bla bla bla
Memang....sebagai psikolog yang baik maka, akan lebih baik menyembuhkan apa yang di represi oleh anak laki-laki ini, dan BERHARAP setelah semua masa lalu yang disimpan di alam bawah sadar diperbaiki, ia akan menjadi normal,
Tapi Sebagai Konselor 1 dari 100 orang, aku akan mengajari pria ini untuk problem solving dan menghadapi lingkungan sosial yang akan ia hadapi nanti.....
Being Different is really not a MISTAKE! and he can't get punishment physically or mentally, just because they're gay!
NOW YOU CAN CALL ME.....What?
Aku sangat tidak mempermasalahkan apakah aku seorang psikolog, konselor, rakyat jelata, atau mahasiswa dalam menghadapi kasus ini,
Ok! katakan saja! semua postingan ini ditulis dengan otak SUBJEKTIF!
dan percaya saja bahwa pendapat ini hanya ada 1 di antara 100 konselor, percaya saja!
Aku akan mengangkat sebuah KASUS hari ini, kasus yang ditemukan my twins-angel "utin" di sebuah buku konseling...Many Many Thanks For her....karena bila dia tidak merekomendasikan aku buku itu, maka selamanya, aku merasa tidak akan pernah bisa menjadi KONSELOR! walaupun sekali lagi....I really Don't Mind with it!
Lagi dan lagi kasus "HOMOSEKSUAL : GAY!"
Ok! katakan saja padaku bahwa aku adalah orang yang berada di luar kurva normal seorang psikolog yang harus berpenampilan dan bertata krama sangat sangat normatif, seperti psikolog hari ini yang berbicara di seminar, sampai-sampai si narasumber yang mantan anak lapas lebih nyaman berada dekat dengan ahli hukum dibanding psikolognya *laugh*
Katakan saja padaku, kalo Aku sakit! gila! aneh! tidak waras! bar-bar! tidak religius! melanggar hukum Tuhan! katakan saja, jangan sok manis di hadapanku tapi di belakang menyinggungku di hadapan orang banyak *laugh*
JANGAN BACA POSTING INI BILA OTAKMU SUDAH TERJERAT DENGAN SATU HUKUM KONVENSIONAL~
Kasusnya adalah....seorang anak 13 tahun yang telah menjalin hubungan 'cinta' dengan temannya laki-laki, dan pada suatu hari saat ia dewasa, dia mulai menyadari apa yang dilakukannya tidak biasa dengan apa yang dilakukan orang lain. Dia mendatangi seorang konselor, dia berkata, dia merasa nyaman melakukan SEKS dengan pasangannya tetapi kemudian dia merasakan perasaan tidak nyaman dengan apa yang telah dilakukannya. Akhirnya~ setelah konseling mereka berdua 'putus' dan perasaan mereka semakin begitu tidak nyaman.....
APA TUJUAN KONSELING?
Bagiku dan bukan bagi teori mungkin, Konseling itu untuk meningkatkan 'self-awarness' klien dan empowering, sehingga ia dapat mencapai 'SUBJECTIVE WELL-BEING' nya!
Apakah Konselor di atas yang menyuruh kedua orang itu 'putus' telah mencapai tujuan konseling berdasarkan definisiku?
TIDAK!
Ok, aku mengakui Psikolog itu juga manusia biasa...mereka seperti aku, dan anda, dan kita semua, yang berbeda hanyalah mereka pernah kuliah di psikologi *laugh*
Listen My Opinion??? Apa yang membedakan psikologi dengan ilmu sosial lainnya?
My Answer is, Bila ilmu sosial itu membahas dan menganggap yang benar / normal itu adalah orang-orang yang berada di Kurva Normal, maka psikologi itu adalah ilmu yang penuh belas kasih, mengakui individual difference orang-orang yang ada di luar kurva normal atau berada di posisi ekstrim, psikologi mencoba menggali dan memahami orang-orang ini, karena TIDAK ADA JIWA YANG SAMA PADA SETIAP MANUSIA!
Itu adalah awal dari konstruk pemikiranku mengenai keputusan yang aku akan ambil saat menghadapi kasus di atas....
BAGAIMANA BILA SEPASANG HOMOSEKSUAL DATANG PADA SEORANG KONSELOT DAN ITU ADALAH AKU?
They'll be CRAZY *kidding*
Ok, Yang harus aku tahu pertama kali, apa alasan mereka datang kepadaku?
Aku kategorikan ke dalam dua hal :
- terjadi permasalahan dalam hubungan antar mereka
- terjadi permasalahan dalam hubungan mereka dan lingkungan sosial.
Kembali ke kasus di atas, tidak mudah mengambil keputusan....tapi caraku mengambil keputusan adalah,
kasus 1
Bila salah satu pasangan mulai merasa aneh dan tidak nyaman dengan hubungan homoseksual mereka, maka itulah saatnya keputusan harus di ambil. aku akan mengambil keputusan untuk melakukan terapi penyembuhan terhadap orang ini.
- Apabila salah satu pasangan mencari pasangannya hanya untuk melakukan hubungan seks karena tidak percaya diri untuk melakukan hubungan seks dengan lawan jenis, dan setelah melakukannya mereka merasa bersalah.
- Apabila klien menyukai homoseksual setelah kejadian traumatis dalam hidupnya setelah melewati masa kecilnya (misalnya masa remaja).
- Apabila klien menjadi homoseksual karena pengaruh pasangan lainnya yang pure gay or pure lesbian.
- Apabila klien menjadi homoseksual karena 'trend'.
Tapi aku akan melakukan pendampingan dan memberikan konseling agar bagaimana cara problem solving dan adaptasi dengan lingkungan, tanpa memberikan terapi penyembuhan :
- Apabila keluhan klien adalah labelling dari masyarakat.
- Apabila terjadi permasalahan internal karena pengambilan peran.
- Apabila klien menganggap pasangannya bukan hanya sebagai objek seks tapi ada attachment di dalam hubungan itu.
Hal ini dapat dilihat dari sebuah kasus....
Ada seorang anak SMP yang baru pulang sekolah dan melihat kakaknya uring-uringan di atas tempat tidurnya. Saat melihat adiknya pulang, tanpa berkata apa-apa, si kaka langsung menarik sang adik dan memaksakan melakukan hubungan seksual dengannya. Sang adik tidak tahu apa-apa dan hanya mengikuti kata-kata kakak kesayangannya. Tapi tiba-tiba Ibunya datang dan melihat kejadian itu, Ibu itu Shock (jantungnya kumat) dan meninggal. Sang adik (anak SMP) merasa bahwa kematian Ibunya adalah akibat dirinya. Sang adik memendam rasa bersalahnya sendirian dan marah kepada kakakknya hingga tidak pernah mau lagi melihat wajah kakanya dan ia menjadi fobia dengan sentuhan siapapun baik laki-laki maupun perempuan. Sampai suatu ketika si adik menerima kabar bahwa sang kaka masuk rumah sakit jiwa. Sang adik begitu sedih karena itu adalah kaka satu-satunya dan ia sangat sayang, tapi rasa marah dan bersalah atas kematian ibunya masih membayangi hidupnya. Hingga suatu hari lagi, si adik menerima kabar bahwa kakanya bunuh diri di RSJ itu.....KAU PASTI MAKIN BISA MERASAKAN APA YANG SI ADIK RASAKAN? Bahwa dia telah membunuh dua orang berharga dalam hidupnya.
Anak laki-laki ini bersekolah di asrama pria, dan ia menemukan sosok yang membuatnya nyaman, tidak merasa bersalah dan Pria ini menghilangkan FOBIA-nya.....Great! tak detik pun terlintas di pikirannya tentang aktivitas seksual, yang ada ia hanya ingin berada dekat dengan pria ini, sampai suatu hari memang si pria ini meminta untuk 'itu'. dan hidup keduanya berjalan lancar tanpa hambatan dan bla bla bla
Memang....sebagai psikolog yang baik maka, akan lebih baik menyembuhkan apa yang di represi oleh anak laki-laki ini, dan BERHARAP setelah semua masa lalu yang disimpan di alam bawah sadar diperbaiki, ia akan menjadi normal,
Tapi Sebagai Konselor 1 dari 100 orang, aku akan mengajari pria ini untuk problem solving dan menghadapi lingkungan sosial yang akan ia hadapi nanti.....
Being Different is really not a MISTAKE! and he can't get punishment physically or mentally, just because they're gay!
NOW YOU CAN CALL ME.....What?
0 komentar:
Post a Comment