^Lonely Girl^



Aku bertemu dengan diriku di masa lalu saat aku berkunjung ke universitas di daerahku bersama teman yang memiliki urusan di sana.


Saat sedang asyik duduk dengan temanku menunggu temannya yang lain untuk mengambil KRS, aku melihat anak chibi itu. Temanku bertanya padanya dan mulai mengajaknya berbicara dan aku mengamatinya,


Penilaianku, anak ini tidak ramah dan egois.


Tidak terlalu lama mereka bicara, kemudian dia pergi.


Setelah urusan temanku selesai, aku melihat anak itu lagi, dia di ujung jalan berjalan sendirian dengan langkah yang sepi.


Aku bertanya pada teman di sebelahku,


“ apa anak itu tidak memiliki teman?” tanyaku sambil menunjuk ke arahnya


“ yah begitulah dia….”


“wataknya?” aku langsung memotong ucapan temanku.


“ yap! Bener banget!” jawab temanku.


Aku melihat ke arah anak chibi itu lagi sampai akhirnya ia menghilang, entah kenapa yang terlintas di kepalaku saat itu.


Apakah benar itu salahnya sepenuhnya? Ataukah lingkungan yang begitu jahat padanya? Ataukah memang dunia ini sudah begitu egois terhadapnya?


Sebegitu enaknya temannya yang lain menyebut ia tidak memiliki teman karena wataknya, tanpa memikirkan alasan lain. Seperti teori mengatakan, kita selalu melakukan judgemental heuristic terhadap orang lain. Akupun begitu.


Sampai di rumah, entah kenapa anak itu selalu masuk dalam pikiranku, dan aku mulai merasa mungkin tidak sepenuhnya salah dirinya begitu, dan aku yakin bukan karena dia tidak membutuhkan teman makanya dia bersikap begitu.


Pengalamanku, dulu pun orang-orang di sekitarku yang melihatku setiap hari, mudahnya memuntahkan kata dan mengatakan diriku sombong, egois dan pembunuh berdarah dingin hingga orang terlalu segan dekat dengannku karena takut aku makan.


Tapi, aku sering berpikir, seandainya orang-orang itu berada di posisiku,


Melihat latar belakangku, melihat keluargaku, merasakan pengalamanku, merasakan traumaku, adilkah mereka mengatakan seperti itu?


Begitupun dengan anak chibi itu, apakah temannya tahu apa yang terjadi di keluarganya, akademiknya, perasaanya, pengalaman hidupnya, traumanya, atau rasanya sakit dijauhi orang lain?


TIDAK!


Manusia terlalu mudah untuk memberikan penilaian terhadap orang lain, namun mereka tidak pernah bisa objektif dalam menilai diri mereka sendiri. Sehingga terkadang orang lain lebih mengetahui tentang diri kita yang benar daripada diri kita sendiri.


Maka bila aku berada dalam kondisi melihat orang seperti itu, ada dua hal yang bisa kupikirkan, pertama tidak menganggapnya orang baik ataupun jahat dan kedua, semoga dia bertemu dengan seorang teman yang bisa membantunya, karena tidak mungkin kau hidup tanpa orang lain di dunia ini.


Karena tanpa di sadari aku terlalu sering melihat orang mudah mengklasifikasikan hal-hal buruk yang ada dalam diri orang lain dibanding bila mereka diminta untuk menyebutkan hal-hal baik yang ada dalam diri orang lain.


2 komentar:

  1. Anonymous said...:

    nggak ah, Nita yang aku kenal nggak suka makan orang ^^

    Setuju banget nit, daripada nilai orang tapi salah mendingan jalanin apa adanya tanpa nilai orang lain. Memangnya siapa kita berhak nilai orang lain sama-sama manusia kan?

    -heri-

  1. A.N.Y said...:

    Sip Heri (^.~)v

    tapi yah itu, manusia susah menghindari judgemental heuristic.

Background

Powered By Blogger

Siapa Aku

My photo
Tanjung Duren, Jakarta, Indonesia
Kata Agama, Aku dari Tanah. Kata Otak, Aku sekumpulan sirkuit saraf. Kata huruf aku ANY. Kata Hati, Aku berjiwa, jiwa manusia, selayak-layaknya keberadaan manusia di muka bumi.