Menilik kembali "nilai-nilai"

Seseorang "memertanyakan" dan "menyatakan" dengan lugas dengan nada "meragukan" tentang "nilai-nilai" yang ada padaku. Tentu saja aku tak berkeberatan, karena ia punya hak untuk menyesuaikan itu dengan kriteria "nilai-nilai" yang dicarinya, entah secara permukaan atau kedalamannya.

Hanya saja aku teringat salah satu potongan adegan seorang aktivis (aktor) AIDS yang diusir dari sebuah perdebatan dan kemudian dia berteriak dengan lantang "Aku berhak menyatakan suaraku...This is America !" *itu rasanya menohok sekali untukku*

Bukankah sebenarnya aku juga boleh melantangkan suara seperti itu "Aku berhak menyatakan suaraku, karena ini negara demokrasi!....terkecuali negara demokrasi ini hanyalah yang terlihat dari permukaan, yang sebenarnya ditunggangi oleh segelintir kekuasaan yang bertujuan untuk "menundukkan" manusianya demi kekuasaan dan kejayaan semu.

Belum lagi di dunia akademik....bukankah pengetahuan tak akan lepas dari kritik ? Di mana tempat menalar dan berpikir kritisnya ? Apakah kemudian menjadi dilema bila tak sesuai dengan norma-norma yang selama ini ada, apa musti diam atau berkata itu bukan bagian keilmuan?

Bukankah katanya, tujuan dari pendidikan itu untuk "membebaskan" dan "memandirikan" diri si pembelajar. Di mana jiwa sang pembelajar? Sibuk mengkritisi pemikiran Negri Orang, lupa mengkritisi nilai Negri Sendiri. Rumput tetangga lebih hijau dan lebih terbuka menerima itu.

Alternatif lain adalah menjadi frustasi seperti yang waktu itu kurasakan antara seharusnya aku cukup mengikuti instruksi sosial yang selama ini ada vs senyatanya aku memertanyakan beberapa instruksi sosial itu yang tidak pas dengan diriku dan kondisi kekinian.

Pada akhirnya aku mengira bahwa kita menyukai label yang indah dan populer daripada sikap mental yang idealis dan konstruktivis.

0 komentar:

Background

Powered By Blogger

Siapa Aku

My photo
Tanjung Duren, Jakarta, Indonesia
Kata Agama, Aku dari Tanah. Kata Otak, Aku sekumpulan sirkuit saraf. Kata huruf aku ANY. Kata Hati, Aku berjiwa, jiwa manusia, selayak-layaknya keberadaan manusia di muka bumi.