MEMBALIK 99% KEGAGALAN
Oleh: Anita Novianty
Ketika ada harapan yang kau lihat terlalu tinggi, walaupun pikiranmu sudah terarah dan motivasi sudah kuat,tapi tetap jatuh jua. Maka yang perlu aku lakukan adalah membuat jalan setapak demi setapak untuk mendaki dan melicinkan jalannya hingga aku berada beberapa titik darinya.
Antara Teori Keperilakuan & Logika Hidup.
Dalam satu kesempatan, kemungkinan gagal adalah 99% dan 1% adalah keberuntungan untuk berhasil. Namun banyak orang bersiap untuk berhasil dibandingkan untuk menjadi gagal. Bodoh! Hanya orang bodoh yang menyiapkan kegagalan, semua orang berpikir dan bertindak untuk berhasil bukan untuk gagal. Orang pintar harus menggunakan logikanya, bila hanya memiliki 1% peluang untuk berhasil, maka yang harus dipersiapkan adalah 99% nya. Lalu bagaimana cara melawan kegagalan? Berdasarkan pengalaman hidupku,kegagalan bukan untuk dilawan, tapi harus dipersiapkan. Ini adalah sudut pandang lain kegagalan yang aku dapatkan dari pengalaman hidupku.
Kegagalan memberikan alternatif pilihan dalam hidupmu
Terkadang kita sering menetapkan target-target kehidupan kita dan merasa itu adalah yang terbaik. Ini adalah suatu kejadian yang membuatku mulai mengerti definisi lain kegagalan.
Semasa sekolah, nilai akademik adalah yang paling bisa aku banggakan. Kujaga peringkatku di sekolah karena aku begitu ingin masuk suatu PTN. Namun di akhir SMA, titian yang aku daki satu persatu dengan keringat hancur begitu saja karena birokrasi dan aksi suap. Hatiku begitu kecewa, karena kegagalanku memasuki PTN itu bukan hanya mematahkan titian yang kubangun bertahun-tahun, namun juga membuat air mata tersembunyi pada orang-orang tersayangku. Aku merasa ragu dengan “kejujuran” dan “kerja keras” bila hanya dengan lembaran kertas merah, kedua hal itu menjadi sudah tak berarti lagi. Sebenarnya aku memiliki kesempatan untuk kuliah,dengan mengikuti jalur lembar-lembar merah itu,tapi aku terlalu keras kepala untuk tidak menjual harga diri,kejujuran dan kerja kerasku hanya dengan beberapa lembar kertas merah itu. Buat apa aku jujur dan kerja keras dalam proses hidupku, bila di akhir aku harus mengakui bahwa semua perjuanganku bisa ditukar dengan lembaran kertas. Aku menolaknya. Walaupun berat hatiku, melihat kedua orang tua harus menahan malu selama satu tahun karena anaknya tidak kuliah. Satu tahun kemudian,saat itulah pertama kali aku meneteskan air mata bahagia ketika website UGM menuliskan “Selamat Anda Lulus”. Di sinilah aku tahu bahwa justru kegagalan itulah yang memberiku alternatif pilihan jalan hidupku. Bayangkan bila aku tidak gagal,maka aku tidak akan mendapatkan hal yang lebih baik setelah gagal datang padaku.
Gagal adalah cara belajar yang terbaik.
Karena gagal menyentuh pikiran, perilaku, dan rasa
Putus asa dan depresi sering datang setelah kegagalan,karena kita tidak bersiap untuk gagal. Seperti keberhasilan,setelah kau dapatkan yang diinginkan, maka kau tau langkah selanjutnya yang dituju. Begitupun seharusnya kita memperlakukan kegagalan. Saat kita melihat KHS dengan berbagai variasi huruf, kemana pikiran kita terfokus? Dari 8 mata kuliah dengan urutan sebagai berikut A-A-A-A-A/B-B-A-C. Ya, huruf C adalah yang menjadi fokus kita, menjadikan suasana hati buruk seharian, kita lupa melihat keberhasilan di 7 mata kuliah lain. Beginilah cara kinerja kegagalan,kita akan merasa gagal karena kita selalu berfokus pada apa yang tidak kita dapatkan, bukan pada apa langkah selanjutnya yang harus kita tempuh. Aku mendaftar beasiswa ke jepang, dan ditolak. Sakit hati memang, dan mudah saja untuk berputus asa. Kucoba lagi mengikuti lomba penelitian, dan hasilnya ditolak. Tak berhenti untuk bersahabat dengan gagal,aku lihat kesempatan untuk menulis blog di ECC UGM ini. Ya,beginilah caraku mempersiapkan kegagalan.
Semakin kau takut gagal, maka semakin kau terpuruk saat kegagalan datang.
Yang kita rencanakan belum tentu yang terbaik bagi diri kita, Di dalam kegagalan kita masih diberi kesempatan untuk berpikir dan merasakan alternatif pilihan lain
2 komentar:
wow 99% dan 1% sepertinya sangat extreem (terlihat seperti pesimis, tapi bagi yang bermental baja itu sebagai pemacu ya he3), tapi boleh juga. kalo saya lebih cenderung ke mindset, dan harus dijaga pada kecenderungan yang positif. Nice share n keep writing!
berpikir positif dan berpikir negatif, dua-duanya memiliki manfaat.
bila kita berpikir positif, maka kita akan bahagia dan senang.
Namun, bila kita berpikir negatif maka kita akan menjadi waspada.
Asal menggunakannya dengan bijak
Post a Comment