Dilema Heinz: Apa itu Moral ?


Apa itu Moral ? Seberapa nilai moral saya ? Kasus Heinz akan menjawabnya. Berikut ini adalah jawaban yang saya berikan dua tahun lalu saat saya mendapat tugas rumah untuk menjawab ketiga pertanyaan "Dilema Heinz" ini.

Tapi saat saya ingin posting tulisan ini, kok rasanya saya ber de ja vu pernah memperlihatkan tulisan ini di blog saya ya?

tapi tidak ada waktu untuk hunting tulisan terdahulu saya, hm....tidak ada salahnya, silakan nikmati!

Berkomentar malah sangat dihargai....Bebaskan DIRI dari Warisan KOLONIALISME *Prof Bo Mode on*

KASUS 1

Di Eropa ada seorang wanita yang mendekati ajalnya karena mengidap sejenis kangker. Para dokter berpendapat hanya ada satu obat yang dapat menyelamatkannya. Obat itu sejenis radium yang diketemukan oleh seorang apoteker di kota itu belum lama berselang. Beaya pembuatan obat itu mahal tetapi si apoteker masih melipatkan harga obat itu 10 kali dari biaya pembuatannya. Untuk pembuatan ia mengeluarkan biaya $200 dan untuk satu dosis kecil obat itu dijualnya $2000. Heinz suami wanita yang sakit itu pergi ke semua kenalannya untuk meminjam uang tetapi yang diperoleh seluruhnya hanya $1000, separuh dari harga obat itu. Heinz mengatakan kepada apoteker bahwa isterinya hampir meninggal dan dimintanya supaya apoteker itu menjualnya dengan lebih murah atau kalau boleh membayarnya nanti di kemudian hari. Apoteker itu berkata: “Jangan begitu, saya sudah menemukan obat itu dan saya ingin mendapatkan untung juga dari obat saya itu”. Heinz merasa putus harapan dan kemudian menggedor toko orang itu dan mencuri obat itu untuk isterinya.
Apakah Heinz seharusnya bertindak begitu?. Mengapa?

Ya, namun Heinz harus meninggalkan uang yang diperolehnya di toko itu, walaupun tidak cukup setidaknya tetap ada penggantinya. Karena dari awal si apoteker sudah bersikap tidak adil. Si apoteker tidak memikirkan nasib orang lain, dan sebagai manusia Heinz tidak mungkin membiarkan orang yang selama ini menemani hidupnya mati begitu saja, tanpa ia dapat berbuat sesuatu, nantinya ia akan merasa bersalah karena tidak berkorban untuk orang yang selama ini ada di sisinya. Walaupun mencuri dengan alasan apapun dianggap melanggar hukum di lingkungan sosial, tapi ada pengecualian di kasus Heintz, karena mencuri bukan keinginannya, tapi sebuah paksaan untuk menyelamatkan nyawa seseorang.

KASUS 2
Pada akhirnya dokter mendapatkan sedikit obat radium itu untuk isteri Heinz, tetapi obat itu tidak mempan dan tidak ada cara pengobatan lain yang dikenal oleh ilmu kedokteran untuk menyelamatkannya. Dokter tahu bahwa hidup wanita itu kira-kira tinggal 6 bulan lagi. Ia ada dalam kesakitan yang luar biasa, tetapi keadaannya lemah sekali sehingga obat penenang seperti eter atau morphin satu dosis kecil saja akan mempercepat kematiannya. Ia tidak sadar (delirium) dan hampir gila karena sakitnya dan pada saat-saat tenang ia meminta dokter untuk diberi eter cukup banyak supaya meninggal. Katanya ia tidak tahan lagi menderita kesakitan dan toh akan meninggal beberapa bulan lagi.
Haruskah dokter meluluskan permintaannya itu dan membuatnya meninggal supaya segera lepas dari kesakitan yang mengerikan itu? Mengapa?

Ya, karena bila membiarkannya hidup itu sama dengan menyiksanya. Walaupun sebagian orang menganggap hal ini merupakan bentuk pelanggaran HAM dan mungkin dari segi agama pun dilarang, namun membiarkannya tetap hidup dengan rasa sakit itu sangat tidak manusiawi. Ia yang memiliki hak hidup itu dan dia berhak untuk memutuskan hidupnya sendiri dari rasa sakit yang dideritanya. Hal ini tidak saja berdampak baik pada diri wanita itu sendiri yang terlepas dari rasa sakit juga pada orang di sekitarnya yang menanggung biaya pengobatan selama ini.

Tapi jujur, saya belum pernah sama sekali berada dalam keadaan di mana "tidak ada harapan sama sekali"....Mesti ada, karena bukankah manusia ingin hidup di hari esok karena ada harapan, dan bukankah Tuhan akan selalu Exist karena ia berada dalam harapan manusia, dan Dia bermain di sana.

KASUS 3
Sementara itu semua terjadi Heinz meringkuk di penjara karena telah menggedor dan mencoba mencuri obat. Ia dihukum selama 10 tahun. Tetapi setelah 2 tahun ia lolos dari penjara dan pergi hidup di bagian lain dari negri itu dengan menyamar mempergunakan nama lain. Ia mengumpulkan uang dan sedikit demi sedikit ia berhasil mendirikan sebuah pabrik besar. Ia menggaji karyawannya dengan upah yang tinggi dan sebagian besar keuntungannya dipergunakan untuk membangun sebuah rumah sakit untuk merawat para penderita kangker. Setelah 20 tahun lewat, ada seorang tukang jahit yang mengenal pemilik pabrik itu sebagai Heinz, seorang narapidana yang ngabur dan yang menjadi buronan polisi di kota asalnya sana.

Apakah penjahit itu harus melapor polisi? Mengapa?

Tidak, karena setiap orang mempunyai kesempatan untuk berubah dan memulai hidup mereka yang baru lagi. Lagipula itu semua merupakan bagian masa lalu Heinz. Lagipula si penjahit tidak tahu apa-apa mengenai kehidupan Heinz sebelum ia dipenjara dan sebab ia dipenjara, dan apa yang dilakukan Heinz sekarang itulah dirinya. Selama Heinz tidak berbuat jahat, maka setiap manusia berhak mendapat kesempatan kedua untuk berbaur di lingkungan sosialnya dan mendapat penghidupan yang layak. Setiap manusia memiliki pengalaman buruk dalam hidupnya, setiap manusia pasti pernah melakukan kejahatan sekecil apapun itu, namun yang terpenting adalah hikmah dan perubahan yang ada pada dirinya setelah semua itu. Jadi Henitz berhak mendapat kesempatan itu.


0 komentar:

Background

Powered By Blogger

Siapa Aku

My photo
Tanjung Duren, Jakarta, Indonesia
Kata Agama, Aku dari Tanah. Kata Otak, Aku sekumpulan sirkuit saraf. Kata huruf aku ANY. Kata Hati, Aku berjiwa, jiwa manusia, selayak-layaknya keberadaan manusia di muka bumi.