Memanfaatkan Air Sebagai Alat Pemersatu di Masyarakat
Oleh: Anita Novianty
Judul ini terinspirasi dari sebuah kisah baru yang dibawa oleh teman saya saat ia kembali pulang beberapa saat ke daerahnya di bagian timur Indonesia. Ia bercerita bahwa saat itu di sana sedang mengalami kesulitan untuk mendapatkan air bersih, kebetulan rumahnya berada di atas gunung. Lalu akhirnya dengan terpaksa warga yang rumahnya berada di atas gunung itu berbondong-bondong ke bawah menuju satu sumur yang menyimpan air bersih. Hal menarik yang perlu diamati dalam kejadian ini adalah bahwa warga yang berbondong-bondong ke bawah untuk mengangkut air bersih bukan hanya warga tidak mampu tapi juga banyak kalangan para pejabat dari daerah atas gunung itu membawa ember di kedua tangannya dan turun dengan jalan kaki untuk mengambil air. Bahkan teman saya bercerita, saat ia sedang menimba air dari sumur di sampingnya adalah seorang petinggi di daerahnya itu, dan semua warga berkumpul menjadi satu, ikut antri dan saling bercakap-cakap satu sama lain tanpa ada rasa risih atau batasan karena status sosial. Wow, saya rasa ini adalah pengalaman yang menarik melihat bagaimana air dapat mempererat tali silaturahmi antar warga.
Setiap dari kita mesti membenci dan menolak datangnya kesulitan. Kesulitan dan masalah selalu dipandang dari sisi negatif dan menciptakan tindakan defensif dari orang-orang. Namun, tidakkan kita melihatnya dari sisi yang lebih positif?
Sudut pandang lain ini saya dapat saat beberapa kali melihat iklan air mineral AQUA di televisi. Saya melihat bagaimana orang-orang dewasa di pedalaman papua bergotong royong membangun mekanisme perairan mereka, dan melihat bagaimana anak-anak kecil dengan wajah polos mereka bertepuk-tangan riang gembira saat melihat air mengalir dari keran air mereka. Begitu harmonis sekali, bukan?. Apa yang saya tangkap dari iklan ini adalah mesti orang-orang dewasa di pedalaman itu sudah mencoba sebelumnya untuk membuat suatu macam mekanisme perairan untuk desa mereka, mesti mereka telah mengarahkan pikiran mereka dan termotivasi melakukannya, namun kenapa tidak berhasil juga? Ya, karena perlu ada yang memberdayakan warga di sana dan memberitahukan “bagaimana caranya”. Lihatlah bagaimana air membuat satu warga desa berdaya dan memberikan tempat bagi orang lain untuk saling membantu dan memberdayakan. Mungkin pendapat ekstrim saya adalah, bila kesulitan lain akan menghasilkan tindakan agresif, namun kesulitan air dapat menghasilkan kerjasama, bahu membahu, dan gotong royong. Prinsip-prinsip ini yang begitu sangat jarang kita dengar di Negara ini.
Andaikata, di antara dua pulau di Indonesia tidak ada air di tengah-tengahnya, akankah Negara ini berbentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)?, Mungkin tidak. Bahkan air yang masih berwujud murni saja yang belum diolah merupakan salah satu alat pemersatu.
Lalu bagaimana caranya si air bisa menjadi alat pemersatu di masa depan. Mungkin kita bisa menghentikan pencemaran air dan pembuangan limbah yang sembarangan di kota-kota besar, yang dampak negatifnya justru dirasakan oleh masyarakat yang tidak menikmati hasil olahan pabrik itu. Pemberdayaan mekanisme air bersih di pedalaman, sosialisasi hidup bersih (misalnya, mencuci dan mandi dengan air bersih) akan meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat di masa depan.
Dibuat Untuk: Kompetisi WEB Kompas MuDA & AQUA