12 November 2010 |
0
komentar
Ini seperti wanita di dalam gambar
Putih namun putih yang hampa…..
Berdiri….namun memandang tanpa arah….
Ini seperti sebuah harapan,
Dia bingung dan dia gundah,
Dia merasa mempunyai, tapi mungkin dia tidak punya apa-apa.
Dia merasa lebih, tapi mungkin kurangnya melebihi kelebihannya.
Tapi dia tidak mau tahu.
Bila yang dia rasakan selalu dianggap dilihat, maka
Dia akan menenggelamkan dirinya dalam sungai itu.
Namun, dia melihat dan kemudian mencoba merasakan,
Setidaknya dia berdiri, memandang, namun hampa dan tanpa arah.
Di suatu momen,
Manusia seperti itu, berdiri, memandang, namun hampa dan tanpa arah.
Di sekitarnya tinggallah pohon, air, udara, debu, dan suara alam.
Manusia merasa kesepian, dan manusia merasa kalah.
Jembatan yang dilewati wanita ini seakan terputus, seakan inilah yang menjadi ujung jalan.
Namun, Dia masih menatap sebuah Pulau Harapan di Seberang Sana.
Bagaimana, caraku untuk ke sana?
Akh! Bodoh, yang paling penting harus dia tanyakan adalah, untuk apa di ke sana.
Hidup, Pulau Harapan ada di dalam Unsur jiwa manusia.
Aku masih ingin hidup, namun bagaimana?
Terlukislah di biru angkasa, sebuah tanda cinta dari alam, tuhan atau manusiakah,
Cinta kasih sayang untukmu.
Apakah dia pergi kesana untuk mendapatkan kasih sayang atau dengan kasih sayang dia pergi kesana.
Dengan kasih…..
Mungkin ada jawaban.
Di dalam kehampaan alam di sekitar yang mulai mengering,
Burung pun berhenti berkicau,
Riak air terdiam,
Baju Lusuh,
Namun di angkasa tetap indah,
Bila menengadahkan kepala, di angkasa tetap indah,
Tetap berbaulah angkasa….
Di angkasa terlukis sebuah “kasih sayang”
Dengan kasih, maka hiduplah jiwa raga manusia dan alam.
Manusia tidak bisa bertahan tanpa kasih dan alam tidak bisa bertahan tanpa kasih sayang dari manusia, dan manusia perlu berkasih sesamanya.
-Anita, 8 November 2010, Ketika merasa sendiri, semua terlihat semu dan palsu, ketika Ia tersandar, mendengarkan alunan lagu seorang pria yang menyimpan cincin selama 20 tahun untuk 1 wanita, dan ketika ia tidak tahu apa yang akan terjadi besok, namun satu orang di dalam hatinya masih tersenyum-
Putih namun putih yang hampa…..
Berdiri….namun memandang tanpa arah….
Ini seperti sebuah harapan,
Dia bingung dan dia gundah,
Dia merasa mempunyai, tapi mungkin dia tidak punya apa-apa.
Dia merasa lebih, tapi mungkin kurangnya melebihi kelebihannya.
Tapi dia tidak mau tahu.
Bila yang dia rasakan selalu dianggap dilihat, maka
Dia akan menenggelamkan dirinya dalam sungai itu.
Namun, dia melihat dan kemudian mencoba merasakan,
Setidaknya dia berdiri, memandang, namun hampa dan tanpa arah.
Di suatu momen,
Manusia seperti itu, berdiri, memandang, namun hampa dan tanpa arah.
Di sekitarnya tinggallah pohon, air, udara, debu, dan suara alam.
Manusia merasa kesepian, dan manusia merasa kalah.
Jembatan yang dilewati wanita ini seakan terputus, seakan inilah yang menjadi ujung jalan.
Namun, Dia masih menatap sebuah Pulau Harapan di Seberang Sana.
Bagaimana, caraku untuk ke sana?
Akh! Bodoh, yang paling penting harus dia tanyakan adalah, untuk apa di ke sana.
Hidup, Pulau Harapan ada di dalam Unsur jiwa manusia.
Aku masih ingin hidup, namun bagaimana?
Terlukislah di biru angkasa, sebuah tanda cinta dari alam, tuhan atau manusiakah,
Cinta kasih sayang untukmu.
Apakah dia pergi kesana untuk mendapatkan kasih sayang atau dengan kasih sayang dia pergi kesana.
Dengan kasih…..
Mungkin ada jawaban.
Di dalam kehampaan alam di sekitar yang mulai mengering,
Burung pun berhenti berkicau,
Riak air terdiam,
Baju Lusuh,
Namun di angkasa tetap indah,
Bila menengadahkan kepala, di angkasa tetap indah,
Tetap berbaulah angkasa….
Di angkasa terlukis sebuah “kasih sayang”
Dengan kasih, maka hiduplah jiwa raga manusia dan alam.
Manusia tidak bisa bertahan tanpa kasih dan alam tidak bisa bertahan tanpa kasih sayang dari manusia, dan manusia perlu berkasih sesamanya.
-Anita, 8 November 2010, Ketika merasa sendiri, semua terlihat semu dan palsu, ketika Ia tersandar, mendengarkan alunan lagu seorang pria yang menyimpan cincin selama 20 tahun untuk 1 wanita, dan ketika ia tidak tahu apa yang akan terjadi besok, namun satu orang di dalam hatinya masih tersenyum-
0 komentar:
Post a Comment