07 May 2009 |
3
komentar
Satu statement menarik dari Pak Singgih waktu kuliah Psikologi Perkembangan Remaja:
Tugas seorang Psikolog adalah untuk membuat Kliennya SEJAHTERA!
Pernyataan itu sangat menarik bagiku, dan karena pernyataan itu aku bisa menjawab banyak hal yang kutanyakan dalam pikiranku, dan aku pun beropini bahwa :
Mungkin beberapa jenis pekerjaan memang memerlukan ini, yaitu; kita harus melepas jaket idealis kita saat sedang memakai jaket profesi kita.
Contoh paling mudah seorang dokter; ambil contoh seorang dokter kandungan laki-laki
Saat mereka memakai jas putih itu, pasti mereka sudah menjadi seorang yang berbeda dari sehari mereka, seorang yang profesional.
Begitupun Psikolog,
Pernyataan kedua yang menarik dari Beliau adalah:
TUGAS PSIKOLOG BUKAN UNTUK MEMBUATKAN KEPUTUSAN BUAT KLIENNYA TAPI MEMBANTU MEREKA MENGAMBIL KEPUTUSAN YANG MEMBUAT MEREKA SEJAHTERA
That's the point!
Kenapa selama ini orang-orang berdebat dalam blognya tentang masalah kontroversial seperti homoseksual, dan lain-lain?
Karena saat itu mereka berbicara bukan sebagai seorang psikolog ^.^
Sampai ada yang begitu menganggap begitu LAKNATnya orang-orang homoseks itu?
Yang tak aku mengerti dulu adalah, kenapa ya homoseksual dikeluarkan dari DSM IV?
Sekarang baru aku mengerti,
saat kau menjadi seorang psikolog, kau tidak bisa memilih klien kan?
Kalo klien yang datang bermasalah dengan homoseks?
apa mungkin langsung ditolak?
*tidak etis*
Sebenarnya bukan homoseks yang ingin kubicarakan, tapi semua hal yang kontroversial,
contoh kasus kemarin adalah ABORSI
IDEALISku adalah bahwa apapun alasannya...ABORSI ITU TIDAK DIBENARKAN kecuali alasan medis!
Namun, satu kasus membuatku harus memahami tentang sesuatu saat kau memakai jas psikologmu,
Kau tida bisa mengatakan pada klienmu yang bingung ingin melakukan aborsi, dan kau bilang ITU TIDAK BOLEH!
*kau adalah psikolog yang tidak profesioanal*
dan kenapa konseling tidak bisa dilakukan dalam 1 kali pertemuan, first...bila kau ingin memahami seseorang maka kau harus tau bagaimana mereka membentuk construct mereka terhadap sesuatu,
kasus itu mengatakan, bahwa dia ingin melakukan aborsi karena anak itu adalah hasil perkosaan, dan dia berpikir bahwa dia tidak akan pernah bahagia bila melihat anak itu lahir karena pasti akan trauma teringat peristiwa perkosaan itu lagi.
Yang bisa kau lakukan:
bila anda ingin melakukan aborsi karena anda pikir setelah anak itu lahir maka anda akan merasa tidak sejahtera, itu mungkin saja, tapi anak itu belum lahir sekarang, dan apakan anda yakin akan tetap sejahtera setelah anda tahu anda menggugurkan bayi anda?
Kita tidak boleh men-judgement mereka....tapi kita membantu mereka untuk "memilih"
Lalu aku terbesit lagi kata-kata nitya, saat di kelas psikologi abnormalnya, Ibu Ira berkata bahwa homoseksual itu adalah "PILIHAN" dan bisa diliat dari beberapa blog RESPON YANG SANGAT IDEALIS,
Boleh saja kita memiliki idealis bahwa itu SALAH!
tapi saat memakai jas profesi dan klien seperti itu datang?
Bila dia homoseks karena Sexual Abuse In childrenhood, maka kita harus melakukan terapi ke mereka, namun bila mereka memutuskan itu berhomoseks tanpa karena ada trauma, bukan karna ingin mengikuti lifestyle, atau apapun tapi benar-benar hal itu membuat mereka sejahtera sekarang dan nantinya, Why Not?
*makanya perlu konseling yang teliti di sini untuk memahami ataupun membenarkan construct seseorang!
Itulah yang ada di pikiranku, boleh setuju atau tidak
aku pun punya idealis tertentu terhadap sesuatu, tapi yang kupaham sekarang;
Setiap orang punya idealis yang berbeda, saat kau memakai jas profesimu maka kau tidak bisa memandang sesuatu dengan hanya memakai kacamatamu, karena bila begitu
kau akan anggap dokter kandungan laki-laki itu adalah orang MESUM. tapi tidak bukan?
Then,
Karena pribadi manusia itu ada yang sama dengan semua orang, ada yang sebagian sama dengan orang lain dan ada yang unik, dimana cuma dia yang mempunyainya ^.^
Bagiku, profesi psikolog itu tidak mudah, karena terkadang kita sulit memahami diri kita sendiri apalagi memahami pemahaman orang lain ^.^/
Dan bisa terlihat, dalam kasus kontroversial apapun, kebanyakan dosen bila menjawab pertanyaan siswanya tentang kasus kontroversial itu
PASTI JAWABNYA "Depend On......"
Tugas seorang Psikolog adalah untuk membuat Kliennya SEJAHTERA!
Pernyataan itu sangat menarik bagiku, dan karena pernyataan itu aku bisa menjawab banyak hal yang kutanyakan dalam pikiranku, dan aku pun beropini bahwa :
Mungkin beberapa jenis pekerjaan memang memerlukan ini, yaitu; kita harus melepas jaket idealis kita saat sedang memakai jaket profesi kita.
Contoh paling mudah seorang dokter; ambil contoh seorang dokter kandungan laki-laki
Saat mereka memakai jas putih itu, pasti mereka sudah menjadi seorang yang berbeda dari sehari mereka, seorang yang profesional.
Begitupun Psikolog,
Pernyataan kedua yang menarik dari Beliau adalah:
TUGAS PSIKOLOG BUKAN UNTUK MEMBUATKAN KEPUTUSAN BUAT KLIENNYA TAPI MEMBANTU MEREKA MENGAMBIL KEPUTUSAN YANG MEMBUAT MEREKA SEJAHTERA
That's the point!
Kenapa selama ini orang-orang berdebat dalam blognya tentang masalah kontroversial seperti homoseksual, dan lain-lain?
Karena saat itu mereka berbicara bukan sebagai seorang psikolog ^.^
Sampai ada yang begitu menganggap begitu LAKNATnya orang-orang homoseks itu?
Yang tak aku mengerti dulu adalah, kenapa ya homoseksual dikeluarkan dari DSM IV?
Sekarang baru aku mengerti,
saat kau menjadi seorang psikolog, kau tidak bisa memilih klien kan?
Kalo klien yang datang bermasalah dengan homoseks?
apa mungkin langsung ditolak?
*tidak etis*
Sebenarnya bukan homoseks yang ingin kubicarakan, tapi semua hal yang kontroversial,
contoh kasus kemarin adalah ABORSI
IDEALISku adalah bahwa apapun alasannya...ABORSI ITU TIDAK DIBENARKAN kecuali alasan medis!
Namun, satu kasus membuatku harus memahami tentang sesuatu saat kau memakai jas psikologmu,
Kau tida bisa mengatakan pada klienmu yang bingung ingin melakukan aborsi, dan kau bilang ITU TIDAK BOLEH!
*kau adalah psikolog yang tidak profesioanal*
dan kenapa konseling tidak bisa dilakukan dalam 1 kali pertemuan, first...bila kau ingin memahami seseorang maka kau harus tau bagaimana mereka membentuk construct mereka terhadap sesuatu,
kasus itu mengatakan, bahwa dia ingin melakukan aborsi karena anak itu adalah hasil perkosaan, dan dia berpikir bahwa dia tidak akan pernah bahagia bila melihat anak itu lahir karena pasti akan trauma teringat peristiwa perkosaan itu lagi.
Yang bisa kau lakukan:
bila anda ingin melakukan aborsi karena anda pikir setelah anak itu lahir maka anda akan merasa tidak sejahtera, itu mungkin saja, tapi anak itu belum lahir sekarang, dan apakan anda yakin akan tetap sejahtera setelah anda tahu anda menggugurkan bayi anda?
Kita tidak boleh men-judgement mereka....tapi kita membantu mereka untuk "memilih"
Lalu aku terbesit lagi kata-kata nitya, saat di kelas psikologi abnormalnya, Ibu Ira berkata bahwa homoseksual itu adalah "PILIHAN" dan bisa diliat dari beberapa blog RESPON YANG SANGAT IDEALIS,
Boleh saja kita memiliki idealis bahwa itu SALAH!
tapi saat memakai jas profesi dan klien seperti itu datang?
Bila dia homoseks karena Sexual Abuse In childrenhood, maka kita harus melakukan terapi ke mereka, namun bila mereka memutuskan itu berhomoseks tanpa karena ada trauma, bukan karna ingin mengikuti lifestyle, atau apapun tapi benar-benar hal itu membuat mereka sejahtera sekarang dan nantinya, Why Not?
*makanya perlu konseling yang teliti di sini untuk memahami ataupun membenarkan construct seseorang!
Itulah yang ada di pikiranku, boleh setuju atau tidak
aku pun punya idealis tertentu terhadap sesuatu, tapi yang kupaham sekarang;
Setiap orang punya idealis yang berbeda, saat kau memakai jas profesimu maka kau tidak bisa memandang sesuatu dengan hanya memakai kacamatamu, karena bila begitu
kau akan anggap dokter kandungan laki-laki itu adalah orang MESUM. tapi tidak bukan?
Then,
Karena pribadi manusia itu ada yang sama dengan semua orang, ada yang sebagian sama dengan orang lain dan ada yang unik, dimana cuma dia yang mempunyainya ^.^
Bagiku, profesi psikolog itu tidak mudah, karena terkadang kita sulit memahami diri kita sendiri apalagi memahami pemahaman orang lain ^.^/
Dan bisa terlihat, dalam kasus kontroversial apapun, kebanyakan dosen bila menjawab pertanyaan siswanya tentang kasus kontroversial itu
PASTI JAWABNYA "Depend On......"
3 komentar:
Hmm... Nita, seorang Psikolog harus punya impian untuk setiap kliennya. Impian kami (termasuk aku) bukanlah membuat sekadar kesejahteraan sementara yang hanya didapat sewaktu hidup saja.
Seorang psikolog yang baik tak hanya memikirkan kecocokan seseorang dengan sesuatu, tetapi juga mengarahkan seseorang untuk mengisi kekosongan-kekosongan dalam hatinya menjadi seseorang yang setingkat lebih baik.
Tentang homoseksual, jika ia merasa nyaman, buatlah tak nyaman dengan keadaannya sekarang. Seorang homoseksual, traumatis atau tak traumatis, selalu memiliki masalah di baliknya. Masalah dan kekosongan, Nita. Kamu boleh buktikan ini. Hanya saja, masalah ini mungkin terpendam sedemikian rupa sehingga tak tersadari. Ketika seseorang nyaman dengan masalah itu, maka dia tetap akan menyimpan masalah. Apa kita mau ia menyimpan masalah seumur hidup?
Jika kita menyayangi klien kita, tentu kita melihat juga hati yang terluka dari mereka. Pertanyaanku, ketika kita sedang menatap mata klien kita, kaca mata siapa yang kita pakai? Bukankah jika kita tertipu dengan kesejahteraan hati mereka, dan kita merasa bangga karena klien selalu pulang dengan senang apa pun yang terjadi, kita sedang memakai "kaca mataku"? Seorang psikolog harusnya tahu lebih jauh dari pada dirinya.
Tapi jika memang itu pilihanmu, aku tak bisa mengutak-atiknya.
*beri waktu aku untuk berpikir* hahahaaaaa~
Hehe... OK2, Nita... semoga ga jadi tambah bingung, ya ^^...
Post a Comment