Kohlberg


Ini semua bermula saat aku sedang kuliah Psikologi Perkembangan Remaja, dari diskusi di mata kuliah ini ada satu hal yang aku dapatkan
Kebanyakan dari kita mudah melihat dosa di hal-hal yang besar namun tidak hal kecil.

Saat ada sebuah kasus dilema heinz, anak psikologi pasti tau, kecuali yang ga pernah membaca hehehe..

Kasusnya begini,
Di Eropa ada seorang wanita yang mendekati ajalnya karena mengidap sejenis kangker. Para dokter berpendapat hanya ada satu obat yang dapat menyelamatkannya. Obat itu sejenis radium yang diketemukan oleh seorang apoteker di kota itu belum lama berselang. Beaya pembuatan obat itu mahal tetapi si apoteker masih melipatkan harga obat itu 10 kali dari biaya pembuatannya. Untuk pembuatan ia mengeluarkan biaya $200 dan untuk satu dosis kecil obat itu dijualnya $2000. Heinz suami wanita yang sakit itu pergi ke semua kenalannya untuk meminjam uang tetapi yang diperoleh seluruhnya hanya $1000, separuh dari harga obat itu. Heinz mengatakan kepada apoteker bahwa isterinya hampir meninggal dan dimintanya supaya apoteker itu menjualnya dengan lebih murah atau kalau boleh membayarnya nanti di kemudian hari. Apoteker itu berkata: “Jangan begitu, saya sudah menemukan obat itu dan saya ingin mendapatkan untung juga dari obat saya itu”. Heinz merasa putus harapan dan kemudian menggedor toko orang itu dan mencuri obat itu untuk isterinya. Dan tambahan pula bahwa istrinya akan mati beberapa jam lagi.
Apakah Heinz seharusnya bertindak begitu?. Mengapa?.


Sebenarnya jawaban dari kasus ini adalah bukannya YES or NO, tapi alasan kenapa kau bilang YES or No, itulah yang menentukan level moral mu yang di dapat dari moral reasoning mu.

Bu Novi mengatakan bahwa di dunia ini ada dua jenis moral; moral behavior yang kita lihat sebagai SALAH atau BENAR yang acuannya adalah HUKUM, dan moral reasoning yang maka dari itulah dibentuk pengadilan, bahwa seseorang mungkin saja membunuh orang lain karena orang ya ia bunuh ingin membunuhnya terlebih dahulu.

Lucunya di sini adalah, ada seorang cewek yang secara tegas berkata TETAP TIDAK BISA DIBENARKAN karena itu menyimpang dari norma dan Ajaran Agama manapun, dan pasti ada cara lain.

Namun di pikiranku sangat simpel, aku membayangkan saat aku berada dalam kondisi itu dan anakku diprediksi akan mati dalam 1 jam lagi, dan apakah aku harus menunggu 1 jam itu untuk mendapatkan cara lain yang benar? Apakah aku ga akan panik? Walopun memang selama ini aku belum pernah berada dalam keadaan “TAK ADA JALAN LAIN YANG BENAR” selalu ADA bila memang PERCAYA!

Namun yang ingin kubahas adalah saat ia kekeh mengatakan TETAP GA BENAR KARENA SEMUA AJARAN AGAMA MELARANG

Iya itu memang benar! Sangat benar! Apalagi dalam konteks moral behavior, sekali lagi aku katakan pengetahuan agamaku sangat minim dan aku merasa masih bukan menjadi sesuatu yang lingkungan harapkan padaku, namun aku bahagia begini adanya,

Entah dari mana aku dapatkan ide ini, namun datang begitu saja dari mulutku, aku menanyakannya tentang hal kecil yang sering terjadi,
“Saat kau lupa mengerjakan PR, apa yang kau lakukan dalam kondisi 30 menit lagi guru akan masuk kelas?”
Dia dan teman diskusi lainku menjawab “MENCONTEK!”
Lalu aku bertanya lagi, “kalian merasa itu benar, karena bila kalian tak mencontek maka ortu kalian bisa dipanggil dan itu malah lebih tidak benar, tapi apa kalian sadar itu DOSA?
Semua diam.

Apa bedanya mencontek dalam kondisi kepepet dengan mencuri dalam kondisi heinz di atas? DOSA kan?
Tapi kenapa kau yang mengatakan HEINZ dosa, namun kau tidak bilang dirimu berdosa saat mencontek? Ingat lo, mencontek itu sama dengan mencuri pemikiran orang lain.

Dosa itu bukan hanya untuk hal besar saja, hal kecil juga klo kita memandang dari moral behavior maka itu juga DOSA

So Open Your Mind, FrenZ!
Jangan terlalu TEXTBOOK hahahaaa~ *Peace!*

3 komentar:

  1. Zadok Elia said...:

    Aku kagum dengan tulisanmu ini, Nit. keberanianmu waktu diskusi... semoga tetap jadi ciri khasmu.

    Aku kasih komenku, ya =).. boleh, ya?
    Hukum dibuat untuk manusia, bukan manusia untuk hukum. Jadi kalau hukum begitu kaku dan bukannya menciptakan kenyamanan, malah penderitaan, ya salah orang yang menafsirkan hukumnya, ato orang yang bikin.
    Kalo aku jadi Henz, dan benar-benar hanya itu satu-satunya jalan, aku curi tuh obat, trus menyerahkan diri, kalau bisa mengganti biayanya. Dalam kasus itu, urusan nyawa adalah prioritas utama. Orang yang bilang "sekali dosa tetep dosa" itulah yang baru mencapai tahap kognitif moral anak kecil. Ga bisa lihat sisi lain dan tentukan prioritas..

    Tentang menyontek, tak usah diragukan lagi, alasan apa pun tetap tak dibenarkan. Untuk apa otak dengan kemampuan luar biasa kalau mengikatkan otak sendiri pada tulisan orang lain? Tuhan tak akan pernah senang melihat umat-Nya menyontek.

  1. Heri said...:

    Manusia sekarang itu melakukan hal yang baik untuk dirinya. Tapi hal itu juga harus diimbangi dengan hal yang paling benar untuk sosial. Sering kali yang ada ntu cuma salah satu dan hal tersebut sudah dimaklumi sama manusia yang ada disekitar kamu. Hal yang sama Berlaku pula pada masalah TA, tidak ada hal yang benar - benar baik, saat kayak gini cuma ada satu hal yang bisa dilakukan membawa perubahan yang dimulai dari diri sendiri.

  1. A.N.Y said...:

    zadok>> ^________^ betul banget!
    semoga saat kepepet selalu ada jalan benar untuk kita ^.^v

    her>> ^_______^ Yapz!
    wah iya tu masalah TA, dulu nitya pernah minta tolong, tapi aku bilang ga bisa, karena ga sesuai dengan "value" ku hahaaaa~ *lebay ya, but it's me!*

Background

Powered By Blogger

Siapa Aku

My photo
Tanjung Duren, Jakarta, Indonesia
Kata Agama, Aku dari Tanah. Kata Otak, Aku sekumpulan sirkuit saraf. Kata huruf aku ANY. Kata Hati, Aku berjiwa, jiwa manusia, selayak-layaknya keberadaan manusia di muka bumi.