15 October 2010 |
2
komentar
Hal yang paling menyulitkan adalah berdamai dengan hati, tidak mendistorsi pikiran, dan memanipulasi perilaku.
Setidaknya ini yang kurasakan dan sedang kualami.
Kemarin aku mendapat sms dengan isi yang begitu menyakitkan.
"Kata-katamu tadi itu lho "menyerang". Sebaiknya jangan diulangi lagi, itu ga bagus. Sekali lagi maaf ya."
Namun, aku masih merasa hebat, karena di depan teman dekatku aku masih bisa protes, mengkritik sms itu dan menertawakannya.
Tapi hingga sampai kos, aku menangis, merasa salah, means NOTHING, merasa tidak dimengerti, merasa...Ok, saya di sini hanya untuk belajar tidak lebih dari itu. Setidaknya sehabis itu saya langsung migren, tertidur dengan air mata, dan bangun dengan hati yang....entahlah hari ini aku penuh semangat ke kampus, mengerjakan semua tugas dan kewajibanku.
Saat ini di hati, pikiran, dan perilakuku, hanya kuisi dengan tujuan "belajar"
Begini, tidak lebih menyakitkan dan semoga bisa melupakan.....
Orang itu bukanlah orang yang signifikan dan akan menjadi signifikan dalam hidupku, tapi orang itu hanya saja kebetulan mengungkap hal yang dulu pernah diungkapkan oleh orang di masa lalu dan rasa sakitnya, rasa kecewanya, rasa sedihnya, dan rasa salahnya sengaja dipendam entah di dasar hati yang mana.
Ini hanya kebetulan ataukah sebuah teguran ?
Tapi, tulisan ini bukanlah sebuah pembelaan, dalam tulisan ini aku mengakui rasa bersalahku, sekaligus ingin dimaklumi dan dimengerti.
Di dalam kebudayaan ini, sebenarnya aku sedikit mengalami stres akulturasi, tapi sangat bodoh kalau aku menyalahkannya.
Malam itu, akhirnya nyeri punggung yang selama semester ini aku tahan berubah menjadi rasa demam yang begitu tinggi, tapi aku harus menyelesaikan dua buah tugas kelompok.
Dari jam 15.00 hingga 23.00 barulah aku bisa memaksakan bangun dan mengerjakannya hingga subuh hari datang. Pergi kuliah masih dengan perasaan fisik dan psikis yang sakit.
Kemudian kumpul kerja kelompok, dimana saat berkumpul aku harus menghadapi koordinator kelompok yang sudah dipilih-ditetapkan-dan disetujui oleh dirinya, malah datang dengan tangan hampa, tanpa membawa laptop untuk mengetik, tanpa membuka bahan, dan tanpa membaca seksama apa yang dia bawa. Itulah kondisi awal aku mulai tidak nyaman dengan situasi ini.
Aku salah! karena aku menyesuaikan segalanya dengan keadaan "bila aku jadi koordinator maka harusnya.........."
Bagiku jabatan "koordinator" bukanlah jabatan "PENYURUH!"
Koordinator seharusnya mengatur-memotivasi-dan menyiapkan anggota kelompoknya. Setidaknya saat kau memutuskan anggota kelompokmu berkumpul, kau harus TAHU apa yang akan kau diskusikan ! ! !
Aku salah! hari itu aku menilai dan mengevaluasinya dengan standar "koordinasi" yang dominan dari diriku.
Di kebudayaanku tinggal sekarang, I'm not a real women, I'm too bad to be a girl.
Itulah mungkin yang dia pikirkan.
Kemudian dalam waktu yang bagiku untuk ukuran koordinator, dia terlalu lama meninggalkan kelompok untuk mengangkat telpon dan setelah itu duduk sendiri untuk membalas sms, di mana biasanya aku langsung "reject" telpon bahkan dari IBUKU sendiri, karena aku menghargai waktu mereka yang menyempatkan datang.
Aku salah, karena lagi-lagi menilai dan mengevaluasi dengan standarku.
Kurasa, aku bukan gadis yang baik dan halus di mata pria.
Karena beginilah keadaannya.....
Kemudian, evaluasiku semakin menjadi buruk, karena dia mulai "menyindir" mengenai kompetensiku akan sesuatu, dan aku membalas "sindiran" itu dengan menyerang terang-terangan, bahwa DIA TERLALU PENAKUT DIHADAPKAN PADA TUGAS YANG BAHKAN DIA BELUM MEMBACANYA SAMA SEKALI.
Kurasa aku adalah wanita paling kasar di kebudayaan tempat tinggalku sekarang.
Mengungkapkan segala tanpa rasa.
itulah yang terjadi dan kemudian setelah semua berakhir, datanglah sms itu.....dalam diam,aku masih yakin ini semua bukan salahku, dan dia tidak berhak menilai mana perilaku yang bagus dan tidak. Dia terbiasa menyindir sementara aku hidup di lingkungan di mana aku harus mengatakan apa yang tidak kusukai secara langsung.
Hingga sekarang, dalam diam aku berpikir, perilaku ini....adalah
PERILAKU SALAH atau PERILAKU MALADAPTIF
PIKIRAN INI SALAH atau PIKIRAN INI MALADAPTIF
CARA KERJA INI SALAH atau CARA KERJA INI MALADAPTIF.
Tuhan, Beri kesempatan untuk aku menimbal ilmu di luar negara ku sehingga aku tahu, STANDAR INI SALAH atau STANDAR INI MALADAPTIF sehingga tidak sesuai digunakan di negaraku sendiri, tapi darimana aku belajar perilaku maladaptif ini. Dari Signifikan Person dalam hidupku, yang aku yakini, apapun yang ia ajarkan adalah yang terbaik, mungkin bukan di zaman sekarang, mungkin nanti.
Beri Aku Jawaban.
Kejadian akhir-akhir ini menyakitkan, tapi dari rasa menyakitkan dalam hatiku selalu tumbuh semangat yang ganas yang tidak akan padam hanya dengan semburan air.
karena aku terlalu fanatik untuk percaya
APA YANG BENAR TIDAK SELALU APA YANG MUDAH
APA YANG BENAR TIDAK SELALU APA YANG TERLIHAT BAGUS
APA YANG BENAR TIDAK SELALU DIKETAHUI OLEH SIAPAPUN
Dia akan diketahui setelah apa yang salah muncul, dan dia akan diketahui setelah dia dibandingkan dengan yang salah, dan dia akan diketahui saat dievaluasi dengan yang salah, yang benar lebih membawa manfaat.
apa yang benar.....apa yang salah....bukanlah sebuah hal mutlak dalam semua konteks kehidupan.
tadi Ibuku menelponku, aku ingin menceritakannya, tapi selalu aku takut hal yang terjadi hanya akan menambah pikirannya.
Aku tahu, bila ini diceritakan pada teman yang mengetahui sifatku, maka mungkin ini adalah hal yang sudah mereka prediksikan akan terjadi suatu saat nanti....inilah pikiran kacauku.
tapi bodohnya tetap saja aku coba, dan begitulah hasilnya. dan mungkin itu memanglah objektif.
"iya memang kau yang keterlaluan dan menyerang"
Tambahan pelajaran hari ini (kenyataan yang objektif itu memang terkadang menyakitkan dan sulit diterima, tapi mau bagaimana lagi? itu memang kenyataan, dan itu dikatakan oleh orang yang sudah lama berada di sampingmu).
Pahit memang, sedih juga, tapi mau bagaimana lagi?
apakah aku harus memasang wajah memelas untuk dikasihani?
Bagaimana kalau memang semua orang tahunya adalah aku orang yang serius dan tanpa perasaan.
Bukan salah mereka, salahku dan konsekuensi akan perilakuku
Setidaknya memiliki blog itu memiliki keuntungan, karena blog tidak pernah memotong pembicaraan- tidak memprotes - tidak mengkritik- tidak membela - tidak menilai - tidak mengevaluasi - dan tidak menyakiti.
Maaf ya blog, akhir2 ini ceritanya tidak terlalu menyenangkan ^^
tapi ada kok yang menyenangkan, hari ini....Aku masuk daftar menjadi Asisten hehehe,
Terima Kasih Tuhan & Terima Kasih Mama ^o^/
Setidaknya ini yang kurasakan dan sedang kualami.
Kemarin aku mendapat sms dengan isi yang begitu menyakitkan.
"Kata-katamu tadi itu lho "menyerang". Sebaiknya jangan diulangi lagi, itu ga bagus. Sekali lagi maaf ya."
Namun, aku masih merasa hebat, karena di depan teman dekatku aku masih bisa protes, mengkritik sms itu dan menertawakannya.
Tapi hingga sampai kos, aku menangis, merasa salah, means NOTHING, merasa tidak dimengerti, merasa...Ok, saya di sini hanya untuk belajar tidak lebih dari itu. Setidaknya sehabis itu saya langsung migren, tertidur dengan air mata, dan bangun dengan hati yang....entahlah hari ini aku penuh semangat ke kampus, mengerjakan semua tugas dan kewajibanku.
Saat ini di hati, pikiran, dan perilakuku, hanya kuisi dengan tujuan "belajar"
Begini, tidak lebih menyakitkan dan semoga bisa melupakan.....
Orang itu bukanlah orang yang signifikan dan akan menjadi signifikan dalam hidupku, tapi orang itu hanya saja kebetulan mengungkap hal yang dulu pernah diungkapkan oleh orang di masa lalu dan rasa sakitnya, rasa kecewanya, rasa sedihnya, dan rasa salahnya sengaja dipendam entah di dasar hati yang mana.
Ini hanya kebetulan ataukah sebuah teguran ?
Tapi, tulisan ini bukanlah sebuah pembelaan, dalam tulisan ini aku mengakui rasa bersalahku, sekaligus ingin dimaklumi dan dimengerti.
Di dalam kebudayaan ini, sebenarnya aku sedikit mengalami stres akulturasi, tapi sangat bodoh kalau aku menyalahkannya.
Malam itu, akhirnya nyeri punggung yang selama semester ini aku tahan berubah menjadi rasa demam yang begitu tinggi, tapi aku harus menyelesaikan dua buah tugas kelompok.
Dari jam 15.00 hingga 23.00 barulah aku bisa memaksakan bangun dan mengerjakannya hingga subuh hari datang. Pergi kuliah masih dengan perasaan fisik dan psikis yang sakit.
Kemudian kumpul kerja kelompok, dimana saat berkumpul aku harus menghadapi koordinator kelompok yang sudah dipilih-ditetapkan-dan disetujui oleh dirinya, malah datang dengan tangan hampa, tanpa membawa laptop untuk mengetik, tanpa membuka bahan, dan tanpa membaca seksama apa yang dia bawa. Itulah kondisi awal aku mulai tidak nyaman dengan situasi ini.
Aku salah! karena aku menyesuaikan segalanya dengan keadaan "bila aku jadi koordinator maka harusnya.........."
Bagiku jabatan "koordinator" bukanlah jabatan "PENYURUH!"
Koordinator seharusnya mengatur-memotivasi-dan menyiapkan anggota kelompoknya. Setidaknya saat kau memutuskan anggota kelompokmu berkumpul, kau harus TAHU apa yang akan kau diskusikan ! ! !
Aku salah! hari itu aku menilai dan mengevaluasinya dengan standar "koordinasi" yang dominan dari diriku.
Di kebudayaanku tinggal sekarang, I'm not a real women, I'm too bad to be a girl.
Itulah mungkin yang dia pikirkan.
Kemudian dalam waktu yang bagiku untuk ukuran koordinator, dia terlalu lama meninggalkan kelompok untuk mengangkat telpon dan setelah itu duduk sendiri untuk membalas sms, di mana biasanya aku langsung "reject" telpon bahkan dari IBUKU sendiri, karena aku menghargai waktu mereka yang menyempatkan datang.
Aku salah, karena lagi-lagi menilai dan mengevaluasi dengan standarku.
Kurasa, aku bukan gadis yang baik dan halus di mata pria.
Karena beginilah keadaannya.....
Kemudian, evaluasiku semakin menjadi buruk, karena dia mulai "menyindir" mengenai kompetensiku akan sesuatu, dan aku membalas "sindiran" itu dengan menyerang terang-terangan, bahwa DIA TERLALU PENAKUT DIHADAPKAN PADA TUGAS YANG BAHKAN DIA BELUM MEMBACANYA SAMA SEKALI.
Kurasa aku adalah wanita paling kasar di kebudayaan tempat tinggalku sekarang.
Mengungkapkan segala tanpa rasa.
itulah yang terjadi dan kemudian setelah semua berakhir, datanglah sms itu.....dalam diam,aku masih yakin ini semua bukan salahku, dan dia tidak berhak menilai mana perilaku yang bagus dan tidak. Dia terbiasa menyindir sementara aku hidup di lingkungan di mana aku harus mengatakan apa yang tidak kusukai secara langsung.
Hingga sekarang, dalam diam aku berpikir, perilaku ini....adalah
PERILAKU SALAH atau PERILAKU MALADAPTIF
PIKIRAN INI SALAH atau PIKIRAN INI MALADAPTIF
CARA KERJA INI SALAH atau CARA KERJA INI MALADAPTIF.
Tuhan, Beri kesempatan untuk aku menimbal ilmu di luar negara ku sehingga aku tahu, STANDAR INI SALAH atau STANDAR INI MALADAPTIF sehingga tidak sesuai digunakan di negaraku sendiri, tapi darimana aku belajar perilaku maladaptif ini. Dari Signifikan Person dalam hidupku, yang aku yakini, apapun yang ia ajarkan adalah yang terbaik, mungkin bukan di zaman sekarang, mungkin nanti.
Beri Aku Jawaban.
Kejadian akhir-akhir ini menyakitkan, tapi dari rasa menyakitkan dalam hatiku selalu tumbuh semangat yang ganas yang tidak akan padam hanya dengan semburan air.
karena aku terlalu fanatik untuk percaya
APA YANG BENAR TIDAK SELALU APA YANG MUDAH
APA YANG BENAR TIDAK SELALU APA YANG TERLIHAT BAGUS
APA YANG BENAR TIDAK SELALU DIKETAHUI OLEH SIAPAPUN
Dia akan diketahui setelah apa yang salah muncul, dan dia akan diketahui setelah dia dibandingkan dengan yang salah, dan dia akan diketahui saat dievaluasi dengan yang salah, yang benar lebih membawa manfaat.
apa yang benar.....apa yang salah....bukanlah sebuah hal mutlak dalam semua konteks kehidupan.
tadi Ibuku menelponku, aku ingin menceritakannya, tapi selalu aku takut hal yang terjadi hanya akan menambah pikirannya.
Aku tahu, bila ini diceritakan pada teman yang mengetahui sifatku, maka mungkin ini adalah hal yang sudah mereka prediksikan akan terjadi suatu saat nanti....inilah pikiran kacauku.
tapi bodohnya tetap saja aku coba, dan begitulah hasilnya. dan mungkin itu memanglah objektif.
"iya memang kau yang keterlaluan dan menyerang"
Tambahan pelajaran hari ini (kenyataan yang objektif itu memang terkadang menyakitkan dan sulit diterima, tapi mau bagaimana lagi? itu memang kenyataan, dan itu dikatakan oleh orang yang sudah lama berada di sampingmu).
Pahit memang, sedih juga, tapi mau bagaimana lagi?
apakah aku harus memasang wajah memelas untuk dikasihani?
Bagaimana kalau memang semua orang tahunya adalah aku orang yang serius dan tanpa perasaan.
Bukan salah mereka, salahku dan konsekuensi akan perilakuku
Setidaknya memiliki blog itu memiliki keuntungan, karena blog tidak pernah memotong pembicaraan- tidak memprotes - tidak mengkritik- tidak membela - tidak menilai - tidak mengevaluasi - dan tidak menyakiti.
Maaf ya blog, akhir2 ini ceritanya tidak terlalu menyenangkan ^^
tapi ada kok yang menyenangkan, hari ini....Aku masuk daftar menjadi Asisten hehehe,
Terima Kasih Tuhan & Terima Kasih Mama ^o^/
2 komentar:
Hii, nita...
Entah kenapa, setelaah membaca tulisanm2mu, aku merasa sangat sepemikiran denganmu.
Sepertinya kita harus sering2 share,..
Hwaiting, girl!!!
Dengan senang hati Tika-chan ^^v
tengkyu ^^
Post a Comment